Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Politik » Politik Identitas Menguat Karena Negara Abai Terhadap Keadilan Sosial

Politik Identitas Menguat Karena Negara Abai Terhadap Keadilan Sosial

  • account_circle investigasi
  • calendar_month Jum, 29 Des 2017
  • visibility 5

JAKARTA – Di penghujung tahun 2017, Plt. Ketua DPR RI Fadli Zon memberikan refleksi atas kehidupan politik dalam satu tahun terakhir. Menurutnya, ada beberapa kata kunci yang telah meramaikan jagat politik Indonesia sepanjang 2017, yaitu hoax, SARA, toleransi, politik identitas, dan UU Ormas. Semuanya bukanlah isu yang menyenangkan.

“Wajah dunia politik kita sepanjang tahun 2017 sepertinya sangat dipengaruhi oleh wajah Pilkada DKI. Hampir seluruh isu yang mewarnai Pilkada DKI, mulai dari isu SARA, politik identitas, atau isu hoax, yang oleh para pengamat di-framing sebagai kebangkitan populisme kanan, kemudian bergema secara nasional.”

“Sebagai bangsa majemuk, bangkitnya wacana politik identitas memang pantas membuat kita berkaca diri. Politik identitas erat kaitanya dengan proses aksi reaksi di lingkungan masyarakat. Mengeksploitasi kekhawatiran sangatlah tak berguna. Kita mesti bertanya, apa yang telah membuat politik identitas seolah kembali bangkit belakangan ini?!” ujarnya.

Sejak awal, Fadli berpandangan, jika benturan keras yang terjadi selama periode kampanye Pilkada DKI kemarin terlalu gegabah jika hanya didudukkan semata sebagai persoalan “sektarian versus kebhinekaan. Meminjam analisisnya Inglehart dan Norris, populisme biasanya berkembang karena dua faktor, yaitu kesenjangan ekonomi dan terjadinya benturan kebudayaan.

“Itu sebabnya saya berpandangan jika bangkitnya politik identitas yang terjadi belakangan ini tak berangkat dari tergerusnya komitmen masyarakat terhadap kebhinekaan, tetapi karena dipancing oleh meningkatnya ketidakadilan sosial. Jangan lupa, indeks ketimpangan ekonomi tertinggi sepanjang sejarah Indonesia terjadinya di masa pemerintahan Pak Jokowi ini. Menurut studi Amy Chua, pasar bebas dan demokrasi yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat sangat rentan melahirkan konflik dan instabilitas. Jadi, soal ketimpangan ekonomi ini memang tidak bisa diabaikan.” tandasnya.

“Di luar soal ekonomi, benturan kultural juga bisa jadi pemicu munculnya populisme. Kenapa populisme sangat mewarnai Pilkada DKI kemarin, misalnya, juga karena gesekan kebudayaan ini. Di balik hutan beton Jakarta, sebagaimana halnya kota-kota tua lainnya, banyak orang lupa bahwa Jakarta juga adalah sebuah tempat yang memiliki identitas dan jejak historis yang panjang. Ketika identitas dan jejak historis itu dipinggirkan, dikaburkan, dan bahkan—entah secara sengaja maupun tak sengaja—sedang coba dikuburkan melalui sejumlah agenda ekonomi dan politik ruang oleh Gubernur DKI yang lama, tentu akan ada resistensi dari mereka yang merasa terikat pada identitas-identitas tradisional tersebut. Resistensi itulah yang kemudian telah melahirkan apa yang oleh para pengamat disebut sebagai kebangkitan populisme tadi.” katanya lagi.

Itu sebabnya, resep untuk mengatasi gejala menguatnya politik identitas bukanlah dengan melakukan kegiatan indoktrinasi, melainkan dengan menata kebijakan ekonomi dan politik, termasuk politik tata ruang, yang lebih adil dan mengakomodasi kepentingan mereka yang selama ini termarjinalkan.

“Kita akan segera menginjak tahun politik. Penting buat pemerintah untuk menjaga situasi agar tetap kondusif. Untuk itu, ruang publik kita mestinya makin bersih dari hoax dan ujaran kebencian. Sayangnya, pemerintah kadang justru menjadi pihak yang turut mengeruhkan suasana. Kita lihat kasus Saracen, misalnya. Polisi awalnya mengekspose kasus Saracen seolah ini adalah kasus besar terkait industri hoax dan penyebar kebencian di media sosial. Masyarakat kita dulu menanggapinya dengan heboh.” tegasnya.

Sayangnya, lanjut dia, yang bisa kita baca dari proses peradilan yang tengah berjalan, tuduhan-tuduhan polisi yang bombastis tadi tak ada yang masuk dalam dakwaan jaksa. Artinya, tuduhan-tuduhan tadi sama sekali tidak bisa dibuktikan. “Kita tentu berharap agar ke depannya  bisa lebih profesional dan fair dalam menjalankan tugasnya, agar tidak memancing spekulasi dan berkembangnya fitnah di masyarakat.” tambahnya

Menguatnya politik identitas mestinya dijawab oleh pemerintah dengan kebijakan yang berorientasi pada keadilan sosial, bukan dijawab dengan represi dan produksi stigma.”Upaya represif terhadap para ulama dengan pelarangan-pelarangan justru memperkuat perlawanan politik identitas,” tandas Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra ini menambahkan. (mp–DPRRI)

  • Penulis: investigasi

Rekomendasi Untuk Anda

  • KPK Akan Periksa Ketua Pengadilan Negeri Bengkulu

    KPK Akan Periksa Ketua Pengadilan Negeri Bengkulu

    • calendar_month Sel, 26 Sep 2017
    • account_circle investigasi
    • visibility 8
    • 0Komentar

    JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan memeriksa Ketua Pengadilan Negeri Bengkulu Kaswanto dalam penyidikan tindak pidana korupsi terkait putusan perkara dana kegiatan rutin APBD Tahun Anggaran 2013-2014 Kota Bengkulu di Pengadilan Tipikor PN Bengkulu. “Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Syuhadatul Islamy,” kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Selasa. Selain memeriksa […]

  • ISIS Akan Kuasai Eropa Tahun 2020

    • calendar_month Jum, 14 Agu 2015
    • account_circle investigasi
    • visibility 6.928
    • 0Komentar

    Dari buku bertajuk Empire of Fear: Inside the Islamic State karya jurnalis BBC, dijelaskan rencana besar ISIS untuk menguasai Eropa di tahun 2020. Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) memiliki target untuk menguasai sebagian Eropa pada 2020. Rencana ini terungkap dalam peta yang dimuat dalam sebuah buku terbaru. Buku berjudul Empire of Fear: Inside the […]

  • Berontak Lawan Petugas, Hendri Buronan Begal Sadis Keok Diringkus

    • calendar_month Ming, 7 Apr 2019
    • account_circle investigasi
    • visibility 7
    • 0Komentar

    #Mengaku Pernah Terlibat Tindak Pembunuhan Musi Rawas – Meskipun sempat berontak lawan petugas ketika hendak ditangkap, tak ayal sepak terjang Hendri (34)  satu dari tiga buronan pelaku begal sadis terhenti. Pemuda belakang ketahui warga Desa Lubuk Pandan, Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas ini keok diringkus tim buru sergap (Buser) unit reskrim Polsek Muara Lakitan […]

  • Perumahan GSI Masih Berstatus Moratorium

    • calendar_month Kam, 30 Agu 2018
    • account_circle investigasi
    • visibility 8
    • 0Komentar

    MUSI RAWAS – Sehubungan dengan telah beredarnya selebaran yang mengataskanamakan Koperasi Korpri Kabupaten Musi Rawas tentang penyediaan rumah bagi PNS, Anggota DPRD, TNI dan Polri tentang pembangunan perumahan di Griya Silampari Indah (GSI), hingga Kamis (30/08) pengurus koperasi Kabupaten Musi Rawas belum mencabut status pemberhentian sementara (Moratorium) atas perumahan GSI. Sekretaris Koperasi Korpri Kabupaten Musi […]

  • Wali Kota – Bupati Mura Ucapkan Ultah Kepada Pangdam II Sriwijaya

    • calendar_month Sen, 25 Jul 2022
    • account_circle investigasi
    • visibility 7
    • 0Komentar

    LUBUKLINGGAU – | Wali Kota Lubuklinggau, H SN Prana Putra Sohe menghadiri acara malam ramah tamah bersama Pangdam II Sriwijaya, Mayjen TNI Agus Suhardi  di Ballroom Hotel Dewinda Kota Lubuklinggau, Senin (25/7/2022) malam. Acara yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Pangdam II Sriwijaya ini berlangsung meriah. Wali Kota Lubuklinggau bersama Bupati Musi Rawas, Hj Ratna […]

  • Baru Setahun Jalan Cor Beton Blok Curup Sudah Hancur

    • calendar_month Jum, 2 Nov 2018
    • account_circle investigasi
    • visibility 6
    • 0Komentar

    Musirawas – Pengerjaan jalan Cor Betonisasi di Dusun 7 atau lebih dikenal lagi Blok Curup yang terletak di Desa Sadar Karya, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan, kini mulai terkelupas dan retak-retak bahkan ada yang berlubang, (01/11). Beberapa warga dan Kepala Dusun (Kadus) 7 Asmara mengatakan, sangat kecewa karena keinginan untuk memiliki jalan yang […]

expand_less