Warning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /home/u1603218/public_html/jurnalindependen.com/wp-content/themes/chromenews/inc/hooks/hook-single-header.php on line 87

MUSI RAWAS – | Dampak besar musim kemarau dirasakan seluruh daerah hingga ganggu kesehatan masyarakat.

Sama halnya, dirasakan warga di Kabupaten Musi Rawas (Mura). Akibat kemarau identik cuaca panas disertai meningkatnya populasi udara, sudah 1.016 jiwa warga terjangkit penyakit gangguan saluran pernapasan akut (ISPA).

Pernyataan itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mura, Hj Mipta Hullumi melalui Kabid P2P, Edwar ketika dibicangi sejumlah wartawan diruang kerjanya, Rabu (11/09) siang.

Dikatakannya, hasil evaluasi menindaklanjuti laporan masing-masing petugas medis Puskesmas, kondisi terakhir gangguan penyakit yang paling banyak di musim kemarau adalah ISPA.

ISPA terpantau mengalami peningkatan mulai dari bulan Juni 2019 terdata 624 pasien, kemudian di bulan Juli 2019 meningkat menjadi 1.016 pasien.

“Salah satu menjadi faktor ISPA karena pengaruh musim kemarau, tidak turun hujan hingga cuaca jadi panas, yang kemudian meningkatnya populasi udara berupa debu.

Nah, dampaknya ISPA terjadi peningkatan dari Juni ke Juli. Sedangkan, bulan Agustus belum dilakukan perekapan,” terangnya.

Lebih jauh, Edwar sapaan akrabnya menyebutkan terjangkitnya ISPA rata-rata kebanyakan penderita usia balita. Namun, ada sebagian lagi usia remaja dan dewasa. Yang mana, dari 1.016 pasien terdiri 505 laki-laki dan 511 pasien perempuan.

“Sedangkan, jumlah pasien semuanya berasal dari Puskesmas C Nawangsasi 59, O Mangun Harjo 8, Sumber Harta 40. Kemudian, Megang Sakti 81, Kelingi IV C 168, Jayaloka 25, Muara Kelingi 165, Air Beliti 83, Muara Lakitan 57 pasien, BTS Ulu (Cecar) 208, Selangit 43, Muara Kati 41 dan Pian Raya 38,” bebernya.

Kalau dilihat dari data pasien di puskesmas, yang paling banyak yakni di Puskesmas BTS Ulu (Cecar) berjumlah 208 pasien, tambahnya.

Tidak hanya itu, dalam permasalahan tersebut Dinkes telah berupaya melakukan sosialisasi melalui pegawai di puskesmas, yakni dengan menggalakkan prilaku hidup sehat.

Bersama juga, kewaspadaan terhadap gangguan ISPA, serta menghimbau sekaligus mengarahkan agar warga apabila ada genjala-gejala gangguan ISPA untuk segera datang ke Polindes, Puskesmas guna menanggulangi gangguan ISPA.

“Kami telah melakukan sosialisasi kewaspadaan gangguan ISPA ke puskesmas dan kepada warga untuk menerapkan prilaku hidup sehat,” katanya.

Disinggung adakah upaya atau program pembangian masker kepada warga.

Edward menjelaskan, penanganan ISPA setiap tahun salah satunya pembagian masker ke masyarakat.

“Langkah nyata, jika memang sudah dalam resiko tinggi. Misalnya jika terjadi Karhutla besar, maka kita akan siapkan logistik bagikan masker ke warga masyarakat,” tukasnya. | NRD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *