PALEMBANG – | Sampai saat ini kondisi Sumatera selatan (Sumsel) masih kondusif tidak terpantau asap, baik secara visual maupun melalui pantauan satellite yang dirilis oleh Asean Specialised Meteorogical Center (ASMC).

Itu titik asap sementara yang dimaksud mungkin titik hotspot, kalau saat ini titik hotspot masih fluktuatif belum ada peningkatan yang signifikan. Yang dapat kita pantau secara real time melalui aplikasi android”LAPAN FIRE SPOT”

Walaupun ada selisih waktu sampai 4 jam, karena memang data satelitnya masih harus diolah dulu oleh pihak penyedia, jadi tidak ada informasi yang benar benar real time kecuali melalui informasi langsung dari petugas lapangan.

Hal tersebut diutarakan Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru saat menjadi narasumber pada Program Talkshow Live Halo Palembang dengan tema “Mampukah Sumsel Zero Karhutla?” diselenggarakan oleh PAL TV di Restoran Sri Melayu, Jl. Demang Lebar Daun Palembang disiarkan secara Live, Rabu, (31/7/2019).

“Namun perlu juga diketahui bahwa data titik hotspot yang ada tersebut belum tentu juga itu merupakan fire spot atau kebakaran. Karena ada beberapa sumber panas yang dideteksi sebagai hotspot oleh sistem satellite, seperti cerobong asap, timbunan batu bara dan lain-lain” ujar Herman Deru

Jelas Gubernur, apalagi kalau tingkat confidentnya atau kepercayaannya tidak sampai 80%. Namun sebaliknya ada kebakaran yang terjadi tapi tidak terpantau, melalui satellite ini dikarenakan radius atau cakupannya belum memenuhi ambang batas sensor satellite tersebut.

“Ini banyak terjadi diwilayah ogan ilir, petugas kita dilapangan telah beberapa kali melakukan pemadaman diwilayah tersebut, walau dari pantauan satellite tidak ada titik hotspot yang terdeteksi” urai Gubernur

Tambah Gubernur Herman Deru , Walau dipagi hari kita merasakan ada udara berkabut tapi itu dipastikan bukan asap akibat kebakaran hutan dan lahan, kalau istilah BMKG disebut radiasi yang merupakan polusi, termasuk juga didalamnya asap kendaraan bermotor, sisa pembakaran rumah tangga yang terperangkap udara dingin pagi hari dan seiring naiknya matahari udaranya juga mulai hangat udara kembali cerah.

H. Herman Deru jelaskan, Pemerintah Provinsi bersinergi dengan TNI, Polri, Kejati, Kamtibmas, Hansip, tokoh masyarakat, Babinsa, dan seluruh elemen masyarakat lainnya telah berupaya dengan optimal untuk menciptakan Sumsel yang zero karhutla.

“Penanggulangan bencana karhutla lebih baik daripada upaya memadamkan maka dari itu cegahlah dengan cara sosialisasi oleh Bupati, Walikota dan masyarakat. Dan ini menjadi tanggung jawab bersama untuk mngedukasi masyarakat, termasuk anak-anak yang masih berada di sekolah TK tentang bahaya api,” kata Herman Deru. .
.
Terdapat 100 pos gabungan TNI dan POLRI yang tinggal di masyarakat, terdiri atas 10 orang perwakilan TNI, 2 orang perwakilan Polri, 2 orang perwakilan masyarakat, dan 1 orang perwakilan BPPD berada di masing-masing pos.

Hal ini dalam upaya pencegahan kejahatan karhutla yang dilakukan baik dari perorangan maupun perseroan. Pelaku kejahatan karhutla dapat dihukum penjara 3-10 tahun dan denda sampai dengan 10 milyar. .


Hadir sebagai narasumber Pangdam II Sriwijaya diwakili oleh Kasdam II Sriwijaya Brigjen TNI Syafrial l, PSC, M.TR (Han), Kapolda Sumsel diwakili oleh Kepala Bidang Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Supriadji, M.M, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan diwakili oleh Asisten Tindak Pidana Umum, Sila H. Pulungan, SH, MH. 
MC Diskominfo Prov. Sumsel/TM/FS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *