Jawabnya, “Mata Bung Karno. Matanya bersinar-sinar cerah. Saya tak berani memandangnya.” Sampai di rumah Maskun tidak dapat tidur. Lama dia memikirkan keterangan-keterangan gurunya. Bersama Gatot Mangkupradja dan beberapa teman lain, Maskun menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) angkatan pertama, partai yang didirikan oleh Bung Karno, Dr. Samsi, dan Mr. Iskan Tjokrodisurjo pada 4 Juli 1927. Malahan menurut nomor keanggotaan, pemuda Maskun tercatat lebih dulu dari ketiga pendiri partai. Nomor anggota Maskun 26, sementara Bung Karno 38, Iskak 39, dan Dr Samsi 40.
Tatkala pada November 1927 diadakan pemilihan pengurus PNI cabang Bandung, pemuda Maskun terpilih sebagai komisaris, sebulan kemudian jadi sekretaris II. “Saya belum tahu apa-apa waktu itu. Bekal saya kemauan.”
Bersama 15 orang lainnya dia mengikuti kursus kader di rumah Bung Karno, yang sudah pindah Jalan Pungkur. Kemudian Bung Karno pindah rumah lagi ke Jalan Astana Anjar 8. Rumah terakhir ini berupa rumah panggung dari bambu, sewanya sebulan jauh lebih murah daripada sewa rumah di Jalan Pungkur atau Jalan Kabupaten.
Jelas, mengapa Bung Karno terpaksa selalu pindah rumah. Ia tidak bisa membayar uang sewa. Kantor arstiteknya, semakin aktif dia dalam perjuangan, justru semakin tidak laku. Orang-orang takut “tersangkut”. (rol)